Beranda > Info Bisnis > Keramik Dinoyo, Gaya Natural Jadi Cirinya

Keramik Dinoyo, Gaya Natural Jadi Cirinya

Sentra keramik Dinoyo, Malang, sudah eksis sejak 1957. Awalnya lingkungan persawahan ini terbentuk sebagai sentra gerabah dan memproduksi perlengkapan rumah tangga. Melihat perkembangan keramik Cina, pengrajin asal Dinoyo kemudian mengembangkan keramik semi porselen dan namanya terus dikenal hingga kini.

Warna lain dari produksi keramik mulai terlihat sejak 1995, dengan hadirnya Cendera Mata Keramik buatan Syamsul Arifin (50).

“Awalnya konsumen memang cenderung membeli barang antik, seperti keramik porselen. Namun saat ini konsumen melihat keramik sebagai kebutuhan dan fungsinya. Dari segi warna juga mulai berkembang. Jika dulu hanya dominan biru, saat ini warna natural lebih digemari,” papar Syamsul kepadaKompas Female di UKM Expo, Kartini Imperial Building, Malang, Jumat (2/4/2010) lalu.

Karakter khas keramik Cendera Mata terletak pada warna dan desain natural. Bentuk dan fungsinya pun bervariasi, seperti vas bunga, tempat garam dan merica, tempat kartu nama, aneka suvenir, wadah aromaterapi, tempat lilin, dan lainnya.

Syamsul bersama sang istri, Sulastri S. Arifin (50), mengembangkan keramik nuansa tropis ini dengan modal awal Rp 5 juta. Saat itu usaha Syamsul masih berskala industri rumahan, dengan melibatkan anggota keluarga menjadi langkah awalnya.

Sebagai generasi ketiga pengrajin keramik Dinoyo, Syamsul mempelajari produksi keramik secara otodidak. Pengembangan kualitas dilakukan dengan mengikuti berbagai pelatihan, termasuk di Bandung.

Pebisnis pionir keramik natural ini juga belajar dari komunitas keramik se-Indonesia yang dikenalnya melalui berbagai kesempatan pameran.

“Hasil pekerjaan akan maksimal jika sudah lebih dahulu menjatuhkan pilihan dan menyukainya, lalu mempelajarinya,” ujar Syamsul, yang mengaku pernah belajar ke Taiwan, Cina, dan Australia, difasilitasi oleh kementrian UKM dan perusahaan pembina.

Usaha binaan Angkasa Pura Surabaya ini semakin berkembang dengan produksi rata-rata 3000-4000 buah per bulan untuk semua jenis dan bentuk. Total omzet-nya sekitar Rp 5 juta per bulan.

Pembeli ritel tersebar di Bali, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Jakarta. Kebanyakan adalah pemilik galeri, toko suvenir, toko aromaterapi, juga sejumlah hotel di Malang. Selain pembeli berasal dari dalam negeri, 10 persen penggemar keramik Cendera Mata berasal dari luar negeri.

Untuk pemesanan, Syamsul menerima minimal 100 item untuk model yang sudah ada. Bila Anda membawa model dan cetakan baru, minimal Anda harus memesan 200 item. Bicara harga, keramik Cendera Mata dibanderol mulai Rp 5.000 hingga Rp 150.000.

Sentra keramik Dinoyo juga memudahkan penjualan karena akses pasar menyatu dengan konsep wisata belanja. “Pengunjung di toko kami bisa melihat proses produksi sebelum membeli, atau memesan desain,” kata Syamsul.

Larisnya produk Cendera Mata buatan Syamsul membuktikan bahwa produk yang memberi nilai estetis sebagai kekuatan masih menarik minat pasar. Di Malang pun terdapat sekolah kejuruan, yaitu SMK Negeri 5 Malang, yang membuka jurusan keramik sebagai keahlian khususnya. Artinya, keramik punya potensi untuk dikembangkan dan dilestarikan.

Syamsul membuka kesempatan praktek kerja kepada siswa SMK tersebut. Peluang ini dimanfaatkannya dengan membuka kunjungan ke sentra keramik Dinoyo bagi anak sekolah selama lima tahun terakhir.

“Kunjungan seperti ini menjadi bagian dari usaha, karena minimal orangtua anak akan datang dan membeli. Namun tentu saja, pengenalan keramik sejak dini perlu dilakukan meskipun tidak bisa dipaksakan untuk suka. Keahlian perlu ditularkan, terutama kepada generasi muda,” tandas Syamsul. (female.kompas.com)

Kategori:Info Bisnis Tag:
  1. ayu
    Februari 15, 2011 pukul 11:20 am

    keramik ini memang sangat bergaya natural dan indah sekali

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar